Janganiri dengan rezeki orang lain Jangan iri dengan rezeki orang lain,rezeki menurut al-quran,,rezeki dalam islam,,rezeki allah yang mengatur,,cara menggapai rezeki allah,,konsep rezeki dalam islam,,rezeki dari allah,,hakikat rezeki menurut islam,,hadits rezeki tidak akan tertukar Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?
RyuAdi Saputra, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Iri merupakan suatu sifat yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Bukan tentang sifat baik yang patut diteladani, tapi iri merupakan sifat buruk yang seharusnya dihilangkan dari kehidupan. Namun demikian, pada kenyataannya iri menjadi sifat buruk yang sudah mendarah daging bagi sebagian besar dari kamu sudah tidak asing lagi dengan banyaknya orang yang saling iri dengki satu sama lain. Entah itu iri hati yang menyangkut urusan pekerjaan, bisnis, maupun terkait harta dan kekayaan. Jika kamu termasuk pribadi yang masih terjebak dalam sifat iri, berikut lima renungan yang patut Setiap orang sudah punya porsinya masing-masingilustrasi bersantai BeliaikinBerbicara tentang rezeki, setiap orang tentu sudah dianugerahi sesuai dengan porsinya masing-masing. Seringkali kita dianugerahi rezeki yang kita butuhkan. Namun kita sering berburuk sangka karena rezeki yang dimiliki ternyata tidak sama dengan apa yang selama ini kamu menyikapi kondisi tersebut dengan perasaan saling iri dengan orang lain, ini menjadi renungan yang harus diresapi baik-baik. Rezeki setiap orang sudah diatur sesuai porsinya. Bisa jadi yang terlihat tidak berharga sebenarnya itu adalah sesuatu yang sangat bermanfaat dalam Apa yang terbaik bagi orang lain belum tentu yang terbaik bagi kitailustrasi berdiskusi M CameronKalimat rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau memang benar adanya. Melirik kehidupan orang lain rasanya terlihat sangat mudah dan bahagia. Sungguh berbeda dengan jalan kehidupanmu dimana masalah dan hambatan seolah datang terus menerus sepanjang situasi yang demikian, pada akhirnya kamu terjebak dalam perasaan iri satu sama lain. Padahal ini bukanlah perilaku yang bijak. Bisa jadi apa yang terbaik bagi orang lain belum tentu itu yang terbaik buat dirimu. Terus mempertahankan iri hanya akan membuatmu selalu berada dalam kekurangan. Baca Juga 5 Faktor Internal yang Bikin Kamu Gampang Iri sama Hidup Orang Lain 3. Sudut pandang kita sebagai manusia sangatlah terbatas ilustrasi menatap pemandangan luar AttilaMembicarakan tentang sudut pandang, memang tidak dapat dimungkiri jika perspektif kita sungguh terbatas. Seringkali kita hanya mampu menilai segala sesuatu dari sisi luar tanpa mengetahui keadaan yang sebenarnya. Pada akhirnya keterbatasan sudut pandang dalam menyikapi hidup ini membuat kita saling iri satu sama tentu menjadi hal yang wajib direnungkan bagi kita semua. Bisa jadi rasa iri satu sama lain itu hanya karena keterbatasan sudut pandang yang dimiliki. Kita menganggap kehidupan orang lain sangatlah nyaman dan jauh dari masalah serta hambatan. Padahal yang sebenarnya terjadi tidak demikian Perasaan iri hanya akan membuat hati tidak tenangilustrasi merasa sedih BelonogovaApakah kamu termasuk orang yang masih melanggengkan perasaan iri? Melihat orang lain sukses, tanpa sebab dan alasan yang jelas tiba-tiba kamu membencinya. Kamu menganggap kesuksesan dan keberhasilan orang lain ibarat pesaing yang bisa berbahaya bagi kamu masih memiliki perasaan tersebut, renungkan nasihat ini baik-baik. Melanggengkan perasaan iri hanya membuat perasaanmu tidak tenang. Sifat saling iri yang tidak segera dibuang membuat hatimu selalu diliputi oleh kegelisahan sepanjang Daripada saling iri bukankah lebih baik jika bersyukurilustrasi menatap ke atas untuk menjadi manusia yang selalu mengenal rasa syukur memang sudah sering didengar. Tidak hanya nasihat yang berupa penuturan langsung dari orang-orang di sekitar, namun juga berupa nasihat tertulis yang bertebaran di artikel dan berbagai media tentu menjadi renungan yang wajib diperhatikan oleh mereka yang masih terjebak dalam sifat saling iri satu sama lain. Perasaan iri dan dengki tidak akan membuatmu tenang dan puas, yang ada kamu justru merasa kekurangan sepanjang dan dengki memang menjadi sifat buruk yang sesegera mungkin harus dihilangkan. Jika kamu masih terjebak dalam sifat iri dan dengki, renungkan lima hal di atas, ya. Baca Juga 5 Cara Menghindari Iri Dengki pada Kesuksesan Orang Lain IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis. Jikakamu termasuk pribadi yang masih terjebak dalam sifat iri, berikut lima renungan yang patut diresapi. 1. Setiap orang sudah punya porsinya masing-masing. Berbicara tentang rezeki, setiap orang tentu sudah dianugerahi sesuai dengan porsinya masing-masing. Seringkali kita dianugerahi rezeki yang kita butuhkan. Surat An-Nisa' Ayat 32 mengimbau umat manusia untuk menjauhi iri dengki terhadap kelebihan yang Allah berikan kepada sebagian makhluk-Nya. وَلَا تَتَمَنَّوْا۟ مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكْتَسَبُوا۟ ۖ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكْتَسَبْنَ ۚ وَاسْـَٔلُوا۟ ٱللَّهَ مِن فَضْلِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا Wa lā tatamannau mā fadhdhalallāhu bihī ba'dhakum 'alā ba'dh, lirrijāli naṣībum mimaktasabụ, wa lin-nisā`i naṣībum mimmaktasabn, was`alullāha min fadhlih, innallāha kāna bikulli syai`in 'alīmā. Artinya "Dan janganlah kalian iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kalian lebih banyak dari sebagian yang lain. Karena bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." QS An-Nisa' 32. Sababun Nuzul Surat An-Nisa' Ayat 32 Dalam Tafsirul Jalalain, secara ringkas Imam As-Suyuthi menjelaskan bahwa sababun nuzul ayat adalah ketika Ummu Salamah ingin mendapatkan pahala jihad sebagaimana para lelaki. Ia berkata "Andaikan kami lelaki, maka kami akan berjihad, dan kami akan mendapatkan pahala seperti pahala para lelaki." Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsirul Jalalain pada Futuhatul Ilahiyah, [Beirut, Darul Kutub Ilmiyah 2018], juz II, halaman 45. Sementara dalam Kitab Lubabun Nuqul, Imam As-Suyuthi menyebutkan dua riwayat secara lengkap. Riwayat pertama dari Ummu Salamah tersebut, dan riwayat kedua dari Ibnu Abbas. Secara berurutan, berikut ini riwayat lengkapnya عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، أنَّها قالَتْ يَغْزُو الرِّجالُ ولا يَغْزُو النَّسَاءُ، وإنَّما لَنَا نِصْفُ المِيراثِ، فَأنْزَلَ اللَّهُ ولا تَتَمَنَّوْا ما فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكم عَلى بَعْضٍ. وَأَنْزَلَ فِيهَا إنَّ المُسْلِمِينَ والمُسْلِماتِ [الأحزاب ٣٥]. رواه الترمذي والحاكم Artinya, "Diriwayatkan dari Ummu Salamah, ia berkata 'Wahai Rasulullah, Para lelaki pergi berperang sementara para perempuan tidak berperang, dan bagi kami hanya mendapatkan separuh warisan mereka. Lalu Allah menurunkan ayat 'Wa lā tatamannau mā fadhdhalallāhu bihī ba'dhakum 'alā ba'dh [An-Nisa' 32]. Dan berkaitan Ummu Salamah, Allah juga menurunkan ayat 'Innal muslimina wal muslimat [Al-Ahzab 35].'" HR At-Tirmidzi dan Al-Hakim. عَنِ ابْنِ عَبّاسٍ قالَ أتَتِ امْرَأةٌ النَّبِيَّ ﷺ فَقالَتْ يا نَبِيَّ اللَّهِ، لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الأُنْثَيَيْنِ، وشَهادَةُ امْرَأتَيْنِ بِرَجُلٍ، أفَنَحْنُ في العَمَلِ هَكَذا؟ إنْ عَمِلَتِ امْرَأةٌ حَسَنَةً كُتِبَتْ لَها نِصْفُ حَسَنَةٍ؟ فَأنْزَلَ اللّٰهُ ولا تَتَمَنَّوْا، الآية ... رواه ابن أبي حاتم Artinya, "Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata 'Ada seorang perempuan mendatangi Nabi saw. Lalu ia berkata 'Wahai Nabi Allah, bagian waris bagi laki-laki seperti dua bagian waris perempuan dan kesaksian dua perempuan sama dengan kesaksian satu orang laki-laki. Apakah kami dalam amal juga seperti itu? Jika kami melakukan suatu kebaikan, maka dituliskan untuk kami separo kebaikan?' Lalu Allah menurunkan ayat 'Wa lā tatamannau dan seterusnya sampai akhir ayat [An-Nisa' 32].'" HR Ibnu Abi Hatim. Jalaluddin As-Suyuthi, Lubabun Nuqul, [Beirut, Mu'assasatul Kutub At-Tsaqafiyah 2002], halaman 75. Ragam Tafsir Surat An-Nisa' Ayat 32 Syekh Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan munasabah atau kesesuaian ayat 32 dengan ayat sebelumnya. Menurutnya, dalam ayat ini Allah mencegah orang beriman dari sebagian perbuatan hati yaitu hasud iri dan dengki agar hatinya bersih; setelah dalam ayat sebelumnya, yaitu ayat 30-31, Allah telah mencegah mereka dari memakan harta secara jahat dan dari melakukan pembunuhan, agar sisi lahir mereka bersih. Jadi sama-sama mencegah orang beriman dari perbuatan yang diharamkan agar bersih lahir maupun batin. Selain itu, setelah dalam ayat-ayat sebelumnya, persisnya ayat 11, Allah mengunggulkan bagian waris laki-laki di atas bagian waris perempuan, ayat 32 ini hadir untuk mencegah masing-masing laki-laki dan perempuan mengharapkan apa yang dimiliki lawan jenisnya. Karena hal itu akan menyebabkan timbulnya hasud dan kebencian. Wahbah Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr 2009], juz V halaman 45. Secara ringkas Imam As-Suyuthi menjelaskan bahwa maksud ayat adalah melarang orang dari berharap mendapatkan nikmat yang ada pada orang lain, baik nikmat yang bersifat duniawi maupun yang bersifat ukhrawi, supaya tidak menyeret pada sikap saling iri dan saling benci. Laki-laki mempunyai pahala dari amal yang dilakukannya seperti jihad dan lainnya, demikian pula perempuan mempunyai pahala dari amal yang dilakukannya seperti ketaatan terhadap suami dan menjaga kehormatannya. As-Suyuthi, Tafsirul Jalalain, II/45. Kita ketahui, terkadang wanita mengalami haid atau menstruasi, nifas dan semisalnya, sehingga puasa dan shalatnya tidak sesempurna laki-laki. Namun demikian, menarik sekali sabda Nabi Muhammad saw yang dikutip Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya إن للحامل منكن أجر الصائم القائم فإذا ضربها الطلق لم يدر أحد ما لها من الأجر، فإذا أرضعت كان لها بكل مصة أجر إحياء نفس Artinya, "Sungguh bagi perempuan hamil dari kalian terdapat pahala lelaki yang puasa dan ibadah qiyamul lail. Kemudian ketika kelahiran datang kepadanya, maka tak ada seorangpun yang mengetahui seberapa besar pahalanya. Lalu bila ia menyusui bayinya, maka dengan setiap hisapan air susu ia mendapatkan pahala menghidupkan nyawa orang." Fakhruddin Ar-Razi, Mafatihul Ghaib, [Darul Fikr 1981], juz X, halaman 83-84. Sementara Imam Ahmad As-Shawi menjelaskan secara terperinci. Tamanni dalam ayat maksudnya adalah mengharapkan sesuatu akan terjadi pada masa yang akan datang, berlawanan dengan istilah tahalluf yaitu mengharapkan sesuatu terjadi pada masa yang telah lewat. Menurut Imam As-Shawi, adapun hukumnya diperinci sebagaimana berikut Pertama, bila berharap nikmat milik orang lain beralih kepada dirinya, atau dengan harapan nikmat itu hilang dari orang lain tersebut, maka harapan seperti itu termasuk hasud yang tercela. Inilah hasud tercela yang secara jelas disebut dalam ayat lain أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَىٰ مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ Artinya, "Ataukah mereka Ka'b bin Al-Asyraf dan ulama Yahudi lainnya dengki kepada manusia Muhammad atas anugerah yang Allah telah berikan kepadanya?" QS An-Nisa' 54. Kedua, bila berharap mendapatkan nikmat seperti nikmat yang ada pada orang lain tanpa harapan nikmat itu hilang darinya, maka diperinci lagi hukumnya menjadi dua, yaitu Hukum pertama, bila nikmat yang diharapkan itu berupa ketakwaan, kesalehan, atau menginfakkan harta pada kebaikan, maka hukumnya sunah. Hukum kedua, bila nikmat yang diharapkan itu berupa harta, maka hukumnya boleh. Secara tegas Imam As-Shawi menyatakan, bila orang mengharapkan punya harta seperti orang lain agar kaya, maka boleh. Dua perincian hukum terakhir ini sesuai dengan substansi sabda Nabi Muhammad saw لا حَسَدَ إلا في اثنتين رجل آتاه الله مالا فسَلَّطَه على هَلَكَتِهِ في الخير، ورجل آتاه الله حِكْمَة فهو يقضي بها ويُعَلِّمَها. ‏متفق عليه‏‏‏ Artinya, "Tidak boleh hasud kecuali pada dua orang 1 orang yang Allah beri harta lalu ia kuasakan dirinya untuk menggunakannya pada jalan yang benar; dan 2 orang yang Allah beri hikmah, lalu ia membuat keputusan hukum denganya dan mengajarkannya." Muttafaqun 'Alaih. Ahmad bin Muhammad As-Shawi, Hasyiyatus Shawi 'ala Tafsiril Jalalain, [Beirut, Darul Jil], juz I, halaman 203. Demikian inilah maksud frasa ayat وَلَا تَتَمَنَّوْا۟ مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكْتَسَبُوا۟ ۖ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكْتَسَبْنَ Artinya "Dan janganlah kalian iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kalian lebih banyak dari sebagian yang lain. Karena bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan." Mudahnya, janganlah kalian laki-laki dan perempuan saling iri satu sama lainnya, laki-laki sudah punya potensi pahala dari amal-amalnya, demikian pula perempuan. Kemudian Allah berfirman dalam penghujung ayat وَاسْـَٔلُوا۟ ٱللَّهَ مِن فَضْلِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا Artinya, "Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." Merujuk penafsiran Imam Fakhruddin Ar-Razi, frasa "was`alullāha min fadhlih", dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya, merupakan peringatan bagi manusia agar ketika berdoa tidak meminta sesuatu secara khusus, akan tetapi cukup meminta anugerah Allah secara mutlak yang dapat menjadi sebab kebaikan bagi dirinya, baik untuk urusan duniawi maupun urusan ukhrawi. Sedangkan frasa "innallāha kāna bi kulli syai`in 'alīmā", sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, maknanya adalah Allah adalah Dzat Yang Maha Mengetahui apa yang baik bagi orang-orang yang berdoa. Karena itu hendaknya orang berdoa secara umum saja dan jangan sampai berdoa meminta sesuatu secara khusus atau tertentu. Karena terkadang sesuatu yang diminta secara khusus itu sebenarnya menjadi mafsadah dan bahaya baginya. Wallahu a'lam. Ar-Razi, X/84. Ustadz Ahmad Muntaha AM, Redaktur Keislaman NU Online dan Founder Aswaja Muda. . 69 207 450 17 328 120 187 275

janganlah iri dengan rezeki orang lain